Peran generasi milenial yang melek teknologi punya potensi yang besar dalam meningkatkan aksi aksi peduli terhadap lingkungan melalui digitalisasi. Mengingat Indonesia masih terus menghasilkan sampah dalam jumlah yang besar setiap tahunnya, pengelolaan sampah berbasis teknologi dirasa penting. Laporan Indonesia National Plastic Action Partnership yang dirilis bulan April lalu mencatat, setiap tahunnya Indonesia menghasilkan 6,8 juta ton sampah plastik. Sebanyak 60 hingga 75 persen sampah tersebut didominasi oleh limbah yang berasal dari rumah tangga. Hingga 2025, jumlah ini diperkirakan akan meningkat hingga 150.000 ton per hari.
Pemerintah sendiri telah melakukan beragam usaha untuk mengurangi jumlah tersebut. Namun tentunya, usaha pemerintah ini juga harus didukung dengan kepedulian serta aksi nyata dari masyarakat, seperti yang dilakukan para pemuda melalui aplikasi Octopus. Kini, aplikasi Octopus hadir sebagai sarana yang dapat meningkatkan kontribusi masyarakat untuk menjaga lingkungan. Ide untuk menciptakan aplikasi Octopus berawal dari keprihatinan CEO sekaligus co founder Octopus, Moehammad Ichsan. Menurut pengamatannya, kesadaran terhadap pengelolaan sampah di negara kita ini masihlah rendah.
Keberadaan aplikasi Octopus menjadi platform yang menjembatani para pengguna milenial dalam melakukan distribusi sampah untuk didaur ulang. Melalui aplikasi ini, siapa pun dapat dengan mudah mendaur ulang sampah non organik. "Kami ingin mulai berinovasi dari Indonesia bagian timur. Mengenai bagaimana cara cara sampah yang dikonsumsi tidak lari ke tempat sampah ataupun dibuang, tapi bisa menjadi penggerak industri daur ulang yang dapat meningkatkan aktivitas sirkuler ekonomi," kata Ichsan. Cara menggunakan aplikasi Octopus sendiri cukup sederhana. Setelah melakukan instalasi, pengguna dapat memanggil para pelestari dari aplikasi Octopus, memasukkan jumlah sampah sesuai jenisnya, lalu memilih titik jemput.
Setelah itu, para pelestari akan mendatangi tempat pengguna untuk mengambil sampah yang akan didaur ulang. Salah satu faktor yang membuat aplikasi Octopus ini tidak hanya bermanfaat, namun juga menarik terutama bagi kalangan milenial, adalah terdapatnya poin yang akan diberikan kepada para pengguna setelah para pelestari selesai melakukan penjemputan untuk sampah mereka. Poin dari aplikasi Octopus tersebut bernama Duit Tambahan Buat Mak (disingkat DTBM). Poin DTBM nantinya dapat ditukarkan oleh para pengguna dengan berbagai voucher potongan harga menarik, seperti voucher kopi kekinian hingga paket data dan pulsa.
Melalui penggunaan poin DTBM ini, para milenial juga dapat berkontribusi mendukung UMKM mitra aplikasi Octopus yang terdaftar dalam Program Hijau. Saat ini, Octopus memiliki 3 jenis mobile apps , yaitu untuk pengguna ( consumers ), pelestari (pengumpul/penjemput sampah), dan checkpoints (pebisnis produksi sampah). Dalam meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, ketiga aplikasi ini bersinergi dengan baik dan berhasil mengumpulkan 9,9 juta produk sampah dari para pengguna hingga bulan Juli tahun ini.
Aplikasi Octopus sendiri memiliki empat pilar utama, yaitu Lingkungan, Sosial, Kemanusiaan, dan Ekonomi. Sebagai dukungan terhadap tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), selain dalam hal meningkatkan kepedulian milenial terhadap lingkungan, aplikasi Octopus juga berkontribusi dalam hal pemberdayaan masyarakat sekitar melalui program pelestari. Dengan tujuan tersebut, aplikasi Octopus membuka kesempatan bagi siapa saja untuk menjadi pahlawan lingkungan dengan bergabung sebagai pelestari. Melalui program pelestari, aplikasi ini telah berhasil membuka lapangan kerja untuk 134 orang di Bali dan Makassar. Bahkan, salah satu pelestari Octopus meraih penghasilan sejumlah Rp10,4 juta dalam satu bulan pada Oktober 2020.
Hingga kini, aplikasi Octopus Indonesia sudah dapat digunakan di kota Makassar, Bali (Badung, Gianyar, Denpasar), dan wilayah Jawa Barat (Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat). Disertai dengan semakin meningkatnya kepedulian milenial terhadap permasalahan lingkungan, hingga Juli 2021, aplikasi Octopus telah berhasil mencapai 35 ribu pengguna dan 1.600 mitra pengepul dan bank sampah. Aplikasi ini dapat dengan mudah diunduh melalui Playstore ataupun Appstore. “Aplikasi pengumpulan kemasan bekas pakai berkembang pesat seiring makin tingginya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, terutama memberdayagunakan produksi sampah secara sistematis,” ujar Moehammad Ichsan pada saat webinar Solusi Inovatif dan Public Private Partnership dalam pungkas Ichsan.